SUMENEP, Bongkar86.com – Anggota Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumenep, Virzannida Busyro, turut menyoroti maraknya kasus tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sumenep.
Ia menegaskan TBC bukanlah momok menakutkan, apalagi aib yang harus ditutupi, melainkan penyakit yang bisa disembuhkan jika segera ditangani.
Maka dari itu, dirinya mengajak masyarakat untuk tidak takut memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan (Faskes) terdekat, jika mengalami gejala yang mengarah pada penyakit TBC.
“Kalau ada batuk berdahak lebih dari dua minggu, berat badan turun, nafsu makan menurun, dan sering berkeringat di malam hari, saya sarankan segera screening ke puskesmas atau klinik terdekat,” tegasnya kepada, Jumat (11/04/2025).
Menurut Virzannida, stigma terhadap TBC justru memperparah penyebaran penyakit. Padahal, TBC merupakan penyakit yang dapat disembuhkan dengan pengobatan yang adekuat dan pendampingan yang tepat.
Ia menambahkan, jika penderita TBC tidak segera ditangani, maka risiko penularannya sangat tinggi. Sehingga tak hanya membahayakan penderita, namun juga mengancam kesehatan orang-orang di sekitarnya.
“Anda tidak hanya membahayakan diri sendiri, tapi juga membunuh perlahan orang-orang di sekitar karena penularannya sangat mudah,” jelasnya.
Selain itu, Komisi IV DPRD Sumenep yang membidangi kesehatan tersebut, juga terus mendorong upaya pencegahan dan pengobatan TBC di Sumenep, termasuk mendukung program imunisasi wajib bagi anak-anak.
“Salah satunya imunisasi BCG yang harus diberikan sejak dini agar anak memiliki daya tahan tubuh terhadap TBC,” tambahnya.
Kendati demikian, Virzan menilai bahwa dua tahun terakhir, Dinas Kesehatan Sumenep bersama puskesmas telah menunjukkan upaya maksimal dalam skrining dan penanganan kasus TBC.
“Kalau sekarang banyak kasus ditemukan, itu tandanya kader-kader anti TBC kita bekerja. Mereka berhasil menjaring dan mengedukasi warga,” ujarnya optimistis.
Dia menambahkan, Program Kader Anti TBC merupakan salah satu strategi penting dalam penanganan penyakit ini di akar rumput. Para kader melakukan pendekatan langsung ke masyarakat untuk mendeteksi dan mendampingi pasien.
Namun, ia kembali mengingatkan bahwa kesadaran masyarakat juga menjadi salah satu kunci utama dalam memutus rantai penularan.
“Setelah ditemukan, pasien harus diberi pendampingan khusus dan minum obat sampai sembuh total. Tidak boleh berhenti di tengah jalan,” tutupnya. (*)
Komentar