Alhamdulillah, Dari 32 Daerah Asesment Level 1 Di Jawa- Bali, 27 di Jatim. Gubernur Khofifah : Tetap Waspada Untuk Mencegah Gelombang Ketiga

Pemerintahan39 Dilihat

Surabaya, Bongkar86.com – Berbagai upaya telah dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pemerintah provinsi bersinergi dan bergotong royong dengan Forkopimda, Pemkab/Pemko, tenaga kesehatan (Nakes), perguruan tinggi, media dan seluruh elemen masyarakat dalam menangani Covid-19 di Jawa Timur. selasa (28/9/2021)

Upaya tersebut mampu memberikan hasil yang menggembirakan dan harus disyukuri bagi warga Jawa Timur. Kali ini, terdapat penambahan jumlah Kabupaten/Kota berada level 1 di Jawa Timurdari semula 25 Kabupaten/Kota menjadi 27 Kabupaten/Kota.

Berdasarkan assesment situasi Covid-19 dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 25 September 2021, yang dirilis 26 September 2021, jumlah daerah di Jawa Timur yang masuk dalam level 1 mencapai 27 Kabupaten/Kota. Artinya sebanyak 71,05% kabupaten/kota di Jawa Timur berada dalam level 1.

Adapun Kabupaten/Kota yang masuk dalam level 1 yaitu Kabupaten Tuban, Situbondo, Sidoarjo, Sampang, Ponorogo, Pasuruan, Pamekasan, Pacitan, Ngawi, Magetan, Madiun, Lumajang, Lamongan, Gresik, Kota Pasuruan, Kota Mojokerto, Kota Kediri, Kota Blitar, Kota Batu, Kota Surabaya, Kabupaten Kediri, Jombang, Jember, Bondowoso, Bojonegoro, Blitar, dan Banyuwangi.

Angka tersebut meningkat dari sebelumnya 25 Kabupaten/Kota per 23 September 2021 menjadi 25 Kabupaten/Kota dan saat ini menjadi 27 Kabupaten/Kota berdasarkan hasil asesmen level Kemenkes tanggal 25 September 2021.

Sementara untuk level 2 di Jawa Timur kembali mengalami penurunan dari 13 Kabupetan/Kota menjadi 11 Kabupaten/Kota mengacu pada assesment dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia per 25 September 2021. Dengan demikian sebanyak 28,95% kabupaten/kota berada pada level 2. Diantaranya, Kab. Tulungagung, Trenggalek, Sumenep, Probolinggo, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Kota Probolinggo, Kota Malang, Kota Madiun, dan Kab. Bangkalan.

Atas capaian yang diperoleh tersebut, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan terima kasih atas kerjasama dan gotong royong dari berbagai elemen strategis masyarakat. Keterlibatan forkopimda, Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota, tenaga kesehatan (nakes), tokoh agama, tokoh masyarakat, perguruan tinggi, media, seluruh relawan dan masyarakat sangat penting untuk ikut serta mencegah dan mengendalikan penyebaran Covid-19 di Jawa Timur.

“Alhamdulillah, atas ikhtiar, kerjasama dan do’a kita semua, Provinsi Jawa Timur kembali mendapatkan penambahan pada level 1. Sebanyak 27 Kabupaten/Kota atau 71,05% berada di level 1, 11 Kabupaten/Kota atau 28,95% level 2. Suasana seperti ini patut kita syukuri. Namun mohon tetap waspada dan diikuti dengan disiplin protokol kesehatan (prokes) serta percepatan vaksinasi,” ujar orang nomor satu di Jawa Timur di Makassar Minggu (26/9/2021) malam.

Lebih lanjut disampaikan Khofifah, sesuai hasil assesment dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jawa Timur merupakan provinsi dengan kabupaten/kota level 1 terbanyak di Jawa-Bali yaitu 27 Kabupaten/Kota. Selanjutnya diikuti dengan DKI Jakarta sebanyak 2 Kabupaten/Kota (Kepulauan Seribu dan Jakarta Timur), Jawa Barat sebanyak 2 Kabupaten/Kota (Pangandaran dan Cianjur), Jawa Tengah 1 Kabupaten/Kota (Demak).

“Terima kasih kepada seluruh lapisan masyarakat yang telah bekerja keras, patuh terhadap prokes, bekerjasama dan bersinergi serta diikuti do’a bersama mencegah penyebaran Covid-19 di Jawa Timur. Di dalamnya termasuk Forkopimda Jawa Timur, TNI – Polri, Pemerintah Kabupaten/Pemerintah Kota, tenaga kesehatan (Nakes), tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, media, sektor swasta dan seluruh elemen masyarakat di Jawa Timur,” tambah Khofifah.

Mantan Menteri Sosial Republik Indonesia tersebut menjelaskan, jumlah level tersebut diperoleh dari assesment yang dilakukan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia berdasarkan atas hasil 6 parameter. Diantaranya, Kasus Konfirmasi, Rawat Inap Rumah Sakit, Kematian, Testing, Tracing dan Treatment yang dilakukan secara masif dan terukur sehingga menghasilkan predikat memadai.

Dari keenam parameter tersebut, Provinsi Jawa Timur semuanya memenuhi standar memadai dari standart WHO maupun Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Misalnya, kasus konfirmasi berada pada level 1 dengan angka 4,09 per 100 ribu penduduk/minggu. Angka tersebut jauh di bawah standar yang ditetapkan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu di bawah 20 per 100 ribu penduduk/minggu.

Rawat inap Rumah Sakit berada pada level 1 dengan angka 0,81 per 100 ribu penduduk/minggu di bawah standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu <5 per 100 ribu penduduk/minggu.

Tingkat kematian berada pada level 1 mencapai 0,34/100 ribu penduduk/minggu di bawah ketentuan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu <1/100 ribu penduduk/minggu.

Begitu juga dari segi tracing, testing dan treatment dinilai memadai sesuai hasil assement Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Untuk testing sendiri, jumlah tes PCR di Jawa Timur sudah sesuai standar WHO (>40.479 test/ minggu). Berdasarkan data.covid19.go.id per 22 September 2021, seminggu terakhir berada di sekitar angka 160.000 test/minggu. Sehingga positivity rate Jawa Timur kembali mengalami penurunan berada di angka 0,98%. Angka ini memenuhi standart WHO di bawah 5%/ minggu.

Sementara untuk tracing Jawa Timur mencapai 19,25 rasio kontak erat/kasus konfirmasi/minggu. Dengan demikian, tracing ratio Jatim mampu menembus standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dimana Standar Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu 15 kasus ditracing per 1 kasus.

Untuk treatment di Jawa Timur, jika dilihat dari tingkat ketersediaan tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di RS sudah mencapai 8,73%/minggu. Artinya BOR di Jawa Timur ini sudah berada sangat jauh di bawah standar WHO yaitu di bawah 60%.

“Alhamdulillah tracing ratio Jawa Timur kini sudah melebihi standar Kementerian Kesehatan, Artinya kini tiap kasus positif yang ditemukan di Jawa Timur telah ditracing dan ditemukan 19 kontak eratnya untuk dites dan diisolasi, sehingga penularan menurun dan positivity rate di bawah 1 yaitu 0,98% per minggu. Begitu juga untuk BORnya, mencapai 8,73%/minggu di bawah standar WHO,” tandas gubernur perempuan pertama di Jawa Timur.

Meski demikian, Khofifah terus mengajak seluruh masyarakat untuk tetap memiliki kewaspadaan berganda dengan disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes). Ini penting, karena kedisiplinan terhadap prokes menjadi salah satu kunci untuk melindungi diri kita dan orang di sekeliling kita dari penularan Covid-19.

“Terimakasih atas semua kerja keras, kekompakan dan do’a terbaik untuk kita semua. Kita harus tetap waspada karena saat ini beberapa negara tetangga kita sedang berjuang menghadapi gelombang ketiga. Kedisiplinan terhadap prokes dan gotong royong untuk percepatan vaksinasi insyaAllah mampu mencegah terjadinya gelombang tiga kenaikan Covid-19 di Jawa Timur. pungkasnya.(tim/red)

Komentar