Kasus TBC di Sumenep Tinggi, Dinas Kesehatan P2KB Sumenep Pantau Door to Door

Infrastruktur1345 Dilihat

SUMENEP, Bongkar86.com – Tingginya kasus tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Sumenep mendorong Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkes P2KB) memperketat pemantauan pasien melalui kunjungan langsung dari rumah ke rumah. Langkah ini dilakukan agar penderita tetap mendapatkan obat secara rutin tanpa terputus, mengingat TBC masih menjadi penyakit menular dengan beban kasus tinggi di Sumenep selama tiga tahun terakhir.

“Kami melakukan pemantauan ‘door to door’ untuk memastikan para penderita TBC ini mendapatkan pengobatan secara kontinyu,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, Selasa (18/11/2025).

Pendekatan lapangan ini melibatkan kader Puskesmas serta kader khusus dari Yayasan Bhanu Yasa Sejahtera (YABHYSA) yang bermitra dengan Dinkes dalam percepatan penuntasan TBC. Ia menjelaskan bahwa setiap kunjungan dicatat dan dilaporkan melalui sistem informasi TB yang terhubung langsung dengan Kementerian Kesehatan.

“Hasil pemantauan itu dilaporkan melalui sistem informasi TB, yang online langsung dengan Kementerian Kesehatan. Jadi tidak ada penderita yang luput dari perhatian kami,” terangnya.

Melalui pemantauan rutin, petugas juga membagikan stok obat setiap dua minggu atau satu bulan sekali tergantung akses wilayah. Skema ini memastikan pasien tetap dalam pengawasan meski tinggal di daerah terpencil.

“Jadi di manapun mereka berada, selama masih terhubung dengan kami, maka akan direkomendasikan untuk tetap berobat. Karena faktor penting penyembuhan TBC ini harus rutin minum obat tanpa terputus selama 6 bulan,” ungkapnya.

Data menunjukkan bahwa meski kasus masih tinggi, tren penurunan mulai terlihat. Pada 2023 jumlah penderita TBC mencapai 2.556 kasus, naik menjadi 2.589 kasus pada 2024. Namun sampai akhir Oktober 2025, angkanya turun menjadi 2.294 kasus.

Penurunan tajam juga terjadi pada angka kematian, dari 113 kasus pada 2023 dan 130 kasus pada 2024, kini hanya 53 kasus sepanjang Januari–November 2025. Syamsuri menyebut turunnya angka kematian tidak hanya hasil kerja tenaga medis, tetapi juga kesadaran masyarakat yang meningkat dalam memeriksakan diri sejak gejala awal.

“Sebenarnya kalau melihat dari data, jumlah penderita TBC di Sumenep tahun ini menurun. Termasuk angka kematian akibat TBC juga menurun. Ini lebih banyak disebabkan faktor kesadaran masyarakat memeriksakan diri lebih dini saat ada gejala TBC seperti batuk berkepanjangan dan ada demam di malam hari,” papar Syamsuri.(Tim)

Komentar