SUMENEP, Bongkar86.com – Pasar murah yang digelar oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep, Madura Jawa Timur, diduga tak efektif dan bersifat temporer saja. Kamis 06/03/2025
Sebab, pasar murah yang digelar disetiap kecamatan di Kota Keris tidak bisa dirasakan oleh masyarakat yang ada di pelosok desa dan bahkan stok yang dijual juga terbatas.
Lonjakan harga bahan pokok, sudah menjadi kebiasaan setiap Ramadan, Idulfitri, Natal, dan atau tahun baru.
“Pasar murah itu efektifnya itu hanya temporary, tidak berlangsung selamanya. Sebab melonjaknya harga bahan pokok itu karena berbagai macam faktor. Faktor paling tajam adalah cuaca,” kata Rahman seorang aktivis
Rahman menyebut, seharusnya pemerintah memiliki data lengkap, yang berisi jumlah penduduk, serta berbagai kebutuhan pokoknya. Data-data itu sepatutnya bisa untuk mengantisipasi berbagai hal, termasuk permainan harga, ” ucapnya kepada media Bongkar86.com
Bahkan, lanjut Rahman, Kalau pemerintah daerah sigap, menjelang Ramadan sudah ada koordinasi dengan stakeholder terkait. Jadi jangan hanya diam saja dan baru bergerak ketika ada lonjakan harga,” kritiknya.
Dia menegaskan, hal-hal klasik seperti ini sebenarnya dapat diantisipasi jauh hari sebelumnya. Sebab pemerintah seharusnya sudah memiliki data kebutuhan masyarakat setiap tahunnya, ” ujarnya
Pasar murah, menurut Rahman, memang membantu masyarakat untuk mendapatkan barang kebutuhan pokok dengan harga stabil.
“Hanya saja hal ini kan tidak dilakukan setiap hari. Jadi pemerintah hanya melaksanakan ketika ada fenomena harga naik. Tapi kan tidak selamanya melaksanakan operasi pasar, makanya saya bilang tidak efektif.
Rahman menambahkan, Pemerintah Daerah (Pemda) didorong untuk membuat kebijakan dan aturan yang ketat agar tidak ada tangan-tangan yang memainkan harga. Sehingga masyarakat bisa mendapatkan barang pokok dengan harga ideal, atau bahkan lebih murah.
“Pemerintah kan sering melakukan operasi pasar, tapi inflasi tetap saja tidak terkendali. Atau ada sedikit pengaruh. Jadi operasi pasar cenderung tidak efektif untuk menekan inflasi,” jelasnya.
Sementara Kabag Perekonomian Setdakab Sumenep Dadang Dedy Iskandar menyatakan, operasi pasar menawarkan harga lebih murah dibanding harga pasar dengan selisih sekitar Rp2.000,- hingga Rp3.000,- perkilogram, di antaranya beras premium Rp71.000,- per 5 kilogram atau Rp14.200,- perkilogram, selanjutnya, minyak goreng subsidi Rp15.000,- perliter dan minyak goreng premium Rp17.500,- perliter.
“Kami menjual beras premium dari Bulog sebanyak satu ton, sementara beras SPHP yang baru keluar digunakan untuk operasi pasar dengan stok setengah ton, sedangkan minyak goreng Bulog juga tersedia sebanyak 200 liter dengan harga lebih terjangkau,” terangnya.
Pemerintah membatasi jumlah pembelian untuk memastikan pemerataan, dengan ketentuan setiap pembeli hanya bisa mendapatkan satu liter minyak goreng subsidi, sementara untuk minyak premium bisa membeli maksimal dua liter.
“Mekanisme ini juga dilengkapi dengan tanda tinta bagi masyarakat yang telah berbelanja, guna menghindari pembelian ganda atau berulang kali,” tuturnya.
Operasi pasar berlangsung hingga Ramadan dengan total sekitar delapan kali pelaksanaan di beberapa titik di sejumlah kantor kecamatan, tujuannya guna membantu masyarakat mendapatkan kebutuhan pokok dengan harga yang lebih terjangkau, sekaligus menekan inflasi di Kabupaten Sumenep.(Apo)
Komentar